Kamis, 02 Oktober 2014

organisasi sebagai sistem sosial

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Manusia pada umumnya dilahirkan seorang diri, namun dalam kehidupannya harus berkelompok dan bermasyarakat. Manusia tidak dapat berdiri sendiri, namun bergantung kepada orang lain. Manusia tanpa manusia lainnya tidak akan bisa bertahan hidup. Dalam kehidupannya dengan manusia lain manusia berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya dan orang lain, karena manusia mempunyai naluri untuk selalu hidup dengan orang lain. Dengan demikian manusia itu merupakan bagian dari suatu organisasi sosial, karena hampir seluruh kegiatan yang dilakukan oleh manusia berkaitan dengan oranglain. Tentunya manusia memiliki tujuan dalam hidupnya. Untuk memenuhi tujuan itu, manusia melakukan berbagai macam cara. Salah satunya adalah membentuk organisasi-organisasi.Oleh karena itulah untuk lebih jelasnya lagi kami akan membahasnya dalam makalah kami.
B.    Rumusan Masalah
1.    Apakah pengertian organisasi sebagai sistem sosial itu?
2.    Bagaimanakah organisasi dipandang sebagai perwujudan tingkah laku orang-orang yang mengakomodasikan interaksi berstruktur?
3.    Bagaimanakah model Getzels untuk memberikan gambaran tentang organisasi sebgai proses interaksi sosial?


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Organisasi Sebagai Sistem Sosial
Pengertian organisasi adalah suatu kelompok orang yang mempunyai tujuan yang sama. Tujuan merupakan hasil yang berupa barang, jasa, uang, pengetahuan dan lain-lain. Sedangkan pengertian dari sosial adalah manusia yang berkaitan dengan masyarakat dan para anggotanya (dikutip dari W3 dictionary). Dengan demikian sistem sosial merupakan orang-orang dalam masyarakat dianggap sebagai sistem yang disusun oleh karakteristik dari suatu pola hubungan dimana sistem tersebut bekerja untuk mewujudkan keinginannya. Beberapa hal yang menggambarkan organisasi sebagai sistem sosial antara lain dengan adanya organisasi sosial.
Perilaku organisasi adalah studi tentang apa yang selalu (kebiasaan) dilakukan orang-orang dalam organisasi dan bagaimana perilaku tersebut menciptakan budaya organisasi. Dengan demikian dimensi-dimensi yang biasanya dikaji dalam perilaku organisasi antara lain: dimensi individu, kelompok, motivasi, perilaku pemimpin (leadership), komunikasi antar pribadi, pengaruh struktur dan proses kelompok, pengembangan sikap dan persepsi, proses perubahan konflik, desain pekerjaan dan stress kerja. Oleh karena  di dalam organisasi terdapat orang-orang yang bekerja sama, maka secara otomatis organisasi tidak dapat dipisahkan dengan perilaku orang-orang yang melakukan aktivitas di dalam organisasi dimana mereka mencapai tujuannya.
Kita tahu bahwa hampir semua pekerjaan dilakukan dalam lingkup sosial. Begitupula dengan organisasi, organisasi akan berjalan dengan baik jika diatur dengan sistem yang baik sehingga cakupan sosial didalamnya dapat bekerja sesuai pakem yang telah diatur dalam suatu sistem. Cakupan sosial yang dimaksud adalah pekerjaan, komunikasi serta koordinasi yang dilakukan dalam organisasi tersebut untuk mencapai tujuan bersama.
Faktor faktor Organisasi antara lain (menurut John Willey):
1.    Manusia
2.    Teknologi yang digunakan
3.    Tugas/ kerja
4.    Budaya organisasi
Manusia merupakan salah satu faktor penting dalam organisasi. Manusia itu sendiri merupakan makhluk social. Dan dalam organisasi manusia bekerja tidak sendiri, maka manusia melakukan komunikasi serta koordinasi dalam bekerja. Dengan demikian aspek sosial tidak dapat dipisahkan dari organisasi. Dan dapat dikatakan juga bahwa Sistem sosial itu juga merupakan organisasi dan sebaliknya.
B.    Organisasi Dipandang Sebagai Perwujudan Tingkah Laku Orang-orang yang Mengakomodasi Interaksi Berstruktur
Sistem adalah komponen-kmponen yang mempunyai hubungan antara satu dengan yang lainnya, yang saling berpengaruh dan tak dapat dipisahkan. Menurut Dr. Nasikin suatu sistem sosial, pada dasarnya tidak lain adalah suatu sistem dari pada tindakan-tindakan. Ia terbentuk dari interaksi sosial yang terjadi diantara berbagai individu, yang tumbuh dan berkembang. Sedangkan menurut sistem organik organisasi-organisasi yang ada dapat dibandingkan dengan sistem biologis yang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Di bawah ini unsur sistem sosial berdasarkan unsur sistem:
1.    Adanya elemen-elemen yaitu masyarakat,
2.    Adanya interaksi atau hubungan antar elemen-elemen atau bagian-bagian dalam setiap individu,
3.    Elemen-elemen masyarakat menjadi satu keutuhan yang tidak dapat dipisahkan,
4.    Mempunyai tujuan yang sama dalam lingkungan sosial.
Sedangkan organisasi sebagai sistem mempunyai ciri-ciri diantaranya:
1.    Terbuka, yaitu sebuah organisasi mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan sekitar baik positif maupun negatif.
2.    Suatu sistem terdiri dari dua atau lebih sub sistem, maksudnya organisasi mempunyai struktur yang jelas dari susunan atas sampai bawah dalam struktur organisasi.
3.    Diantara sub sistem terjadi ketergantungan dalam organisasi adanya kegiatan dimana proses yang dilakukan dan dikerjakan secara bertahap dan teratur sesuai dengan prosedurnya.
4.    Kemampuan menyesuaikan diri, organisasi harus mempunyai sifat fleksibel dalam menyikapi lingkungan sosial yang berbeda termasuk individu didalamnya.
5.    Adanya tujuan, organisasi harus menentukan tujuan yang dicapainya agar dapat mengukur tingkat keberhasilan organisasi itu sendiri.
6.    Mempunyai batas, suatu organisasi meskipun terbuka tetapi harus mempunyai batasan-batasan dengan lingkungan sosial, karena meskipun organisasi berbaur dengan lingkungannya namun tidak menjadikan organisasi itu lebur dengan lingkungan sosial karena organisasi pada dasarnya mempunyai prinsip yang dianut.
7.    Mekanisme control, organisasi menerima masukan-masukan dari masyarakat khususnya stakeholder untuk dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas produk organisasi.
Organisasi sebagai sistem pada dasarnya yaitu suatu organisasi harus mampu bertahan dan berkembang dalam lingkungannya dan menghadapi komponen-komponen sosial yang terjadi didalamnya.
Perilaku setiap individu dalam interaksi berstruktur berbeda-beda tergantung dari individu tersebut, tingkah laku interaksi berstruktur dalam organisasi artinya perilaku individu yang terjadi interaksi dalam sebuah struktur organisasi tersebut, atau perilaku individu dalam berinteraksi yang terkait dengan pekerjaan organisasi. Dibawah ini terdapat dua model desain organisasi:
1.    Model mekanik, merupakan model struktur birokrat dimana kekuasaan tertinggi dipegang penuh oleh pemimpin teratas.
Keunggulan dari model ini yaitu:
a.    Adanya spesialisasi yang tinggi dalam pembagian tugas sehingga produktivitas tenaga kerja tinggi.
b.    Adanya sentralisasi dimana setiap keputusan dan tindakan dalam tiap-tiap bagian harus diketahui oleh pemimpin sehingga organisasi terkontrol.
c.    Adanya rantai perintah yang jelas seperti pembagian kerja dan jabatan structural yang jelas, termasuk wewenang dan tanggung jawab setiap individu.
Sedangkan kekurangan model ini diantaranya:
a.    Spesialisasi pekerjaan mengakibatkan tenaga kerja merasa jenuh dan kemampuannya kurang berkembang.
b.    Hubungan formal yang tinggi mengakibatkan terjadinya hubungan yang kaku dalam setiap individu didalamnya.
2.    Model organik, dapat dikatakan model struktur yang sifatnya kerja sama.
Keunggulan model ini diantaranya:
a.    Arus informasi bebas sehingga tenaga kerja dapat bebas memperoleh informasi yang ia butuhkan.
b.    Desentralisasi yaitu setiap bagian mempunyai wewenang dan kekuasaan penuh dalam kegiatan organisasi sehingga setiap individu mempunyai peran serta dalam pengambilan keputusan.
c.    Formalisasi rendah sehingga hubungan yang terjalin lebih harmonis dan kekeluargaan yang membuat produktivitas menjadi tinggi.
Kekurangan dari model ini adalah tidak adanya kejelasan dari pemimpin, sehingga keberhasilan organisasi terletak pada kesadaran setiap tenaga kerja didalamnya.
C.    Model Getzels untuk memberi gambaran tentang organisasi sebagai proses interaksi sosial
Model Getzels dimulai dengan pertimbangan tentang latar belakang yang paling umum dari perilaku antar pribadi atau sosial, yaitu suatu sistem sosial tertentu. Suatu system ialah sekelompok bagian atau badan yang membentuk suatu keseluruhan yang dipersatukan. Jika satu bagian dari sistem berubah, bagian-bagian lain akan berubah atau memaksa bagian yang menyimpang itu menyelaraskan dengan sistem yang ada. Karena suatu sistem ditandai dengan hubungan timbal-balik antara bagian-bagiannya, bagian-bagiannya tersebut hanya bisa dipahami dalam hubungan dengan keseluruhannya. Begitu pula keseluruhannya hanya bisa dipahami dalam hubungan dengan unsur-unsurnya dan bagian-bagian integralnya.
Menurut Getzels, organisasi selaku sistem sosial memiliki dua dimensi, yaitu dimensi sosiologis dan dimensi psikologis.
Dimensi sosiologis disebut juga dengan dimensi nomotetis yaitu mengacu kepada lembaganya yang ditandai dengan peranan-peranan dan harapan-harapan tertentu sesuai tujuan-tujuan sistem tersebut.
Sedangkan dimensi psikologis disebut juga dimensi idiografis yaitu mengacu kepada individu-individu yang menempati sistem, masing-masing dengan kepribadian dan disposisi kebutuhan tertentu.
 
Dimensi nomotetis
Untuk memahami sifat perilaku yang nampak  dan untuk bisa meramalkan dan mengendalikannya  sifat dan hubungan dari unsur-unsurnya harus dipahami.
Istilah organisasi atau lembaga menunjuk kepada badan-badan yang didirikan untuk menjalankan “fungsi-fungsi institusional bagi sistem sosial secara keseluruhan”. Semua lembaga memiliki fungsi-fungsi imperative tertentu yang harus dilaksanakan menurut cara-cara rutin tertentu pula. Fungsi-fungsi ini seperti memerintah, memeriksa, mengadili, mendidik, dan seterusnya bisa disebut telah melembaga, dan badan-badan yang didirikan untuk menjalankan fungsi-fungsi yang telah melembaga ini bagi sistem sosial secara keseluruhan bisa disebut “lembaga”.
Suatu bagian yang penting dari lembaga atau organisasi ialah peranan. Peranan ialah “aspek-aspek dinamis dari kedudukan dan jabatan di dalam suatu lembaga”, dan ia menetapkan perilaku para pemegang peranan itu. Di lingkungan sekolah para pemegang peranan ini meliputi kepala kantor pendidikan, pengawas, kepala sekolah, guru, dan personil lain. Peranan didefinisikan dalam kata-kata harapan-harapan, yaitu “kewajiban dan tanggung jawab” yang harus dijalankan oleh pemegang peranan. Harapan-harapan ini menetapkan bagi pemegang peranan, siapa pun pemegang peranan itu, apa yang ia harus dan tidak harus lakukan selama ia pemegang dari peranan tertentu itu.
Suaatu sifat pokok dari peranan-peranan ialah bahwa satu sama lain saling melengkapi. Setiap peranan memperoleh serta maknanya dari peranan lain yang berhubungan. Sifat saling melengkapi inilah yang mempersatukan dua peranan atau lebih menjadi unit yang berpadu dan interaktif, yang memungkinkan kita memahami suatu organisasi sebagai struktur yang karakteristik.
Pada tahap analisa ini para pemegang peranan mungkin dapat dipikirkan selaku “aktor-aktor” yang tidak mempunyai sifat-sifat pribadi, seakan-akan semua pemegang peranan itu semua benar dan seolah-olah menjalankan peranan tertentu dengan cara yang sama. Hal ini memungkinkan pemahaman dan ramalan kasar tertentu mengenai perilaku dalam suatu organisasi.
Dimensi idiografis
Mengetahui sekedar sifat peranan dan harapan di dalam suatu lembaga tidak cukup, peranan-peranan itu ditempati oleh individu-individu yang nyata, dan tidak ada individu yang sama. Setiap inidividu memberi sifat khas kepada peranan yang ditempatinya itu dengan gaya unik dari pola kepribadiannya yang karakteristik. Singkatnya, sebagai tambahan kepada aspek nomotetis atau institusional, aspek-aspek idiografis dan psikologis harus dipertimbangkan juga. Dimensi individu bisa dianalisa menjadi unsur-unsur kepribadian dan diposisi kebutuhan.
Suatu perbuatan diturunkan serentak dari dimensi-dimensi idiografis dan nomotetis.  Artinya, perilaku sosial terjadi bila seseorang berusaha untuk mengatasi suatu lingkungan yang terdiri dari pola harapan bagi perilakunya dengan cara yang cocok dengan pola kebutuhannya sendiri. Jadi dapat dikatakan bahwa perilaku dalam organisasi adalah suatu fungsi dari peranan institusional tertentu yang ditetapkan oleh harapan-harapan yang dikaitkan kepadanya, dan kepribadian dari pemegang peranan tertentu yang ditetapkan oleh disposisi kebutuhannya. Pada waktu yang sama dimensi individual dari organisasi menuntut terpenuhinya kebutuhan dan keinginan individual sehingga organisasi bisa menjadi efisien dan efektif.
Perluasan Model; Dimensi antropologis
Dengan memfokuskan kepada dimensi sosiologis dengan konsep peranan dan dimensi psikologis dengan konsep kepribadian orang mudah melupakan dimensi dan variabel perilaku sosial lain. Sehubungan dengan itu Getzels memperingatkan adanya perangkat konsep lain yang diturunkan dari dimensi antropologis yaitu dimensi kultural.
Getzel dan Thelen, menyadari keterbatasan konsep proses sosial itu, telah mengembangkan suatu dimensi baru yang dimaksudkan untuk melukiskan dengan lebih memadai kenyataan organisasi di lingkungan masyarakat yang lebih luas lagi. Lembaga/organisasi dan individu bisa dilihat dalam kata-kata kultural, mengingat mereka terpancang dalam suatu kultur dengan tradisi dan nilai-nilainya yang spesifik. Sehingga, sifat peranan-peranan institusional dan kepribadian individu berkaitan dengan tradisi yang spesifik dari kultur itu, dan harapan-harapan serta disposisi kebutuhan dengan nilai-nilainya.
Guru, misalnya, tidak bisa mengabdikan dirinya dengan efektif kepada pendidikan kecerdasan akal bila jenis pendidikan serupa itu tidak didukung oleh tradisi. Murid tidak bisa diharapkan akan mengejar prestasi belajar yang optimum di sekolah, jika prestasi optimum bukan suatu nilai kultural. Dalam pengertian inilah harus diingat bahwa bersamaan dengan dimensi-dimensi sosiologis dan psikologis itu berinteraksi dengan dimensi kultural atau antropologis.

BAB III
KESIMPULAN
1.    Organisasi sebagai sistem sosial merupakan orang-orang dalam masyarakat yang dianggap sebagai sistem yang disusun oleh karakteristik dari suatu pola hubungan dimana sistem tersebut bekerja untuk mewujudkan keinginannya.
2.    Perilaku setiap individu dalam interaksi berstruktur berbeda-beda tergantung dari individu tersebut, tingkah laku interaksi berstruktur dalam organisasi artinya perilaku individu yang terjadi interaksi dalam sebuah struktur organisasi tersebut, atau perilaku individu dalam berinteraksi yang terkait dengan pekerjaan organisasi. Dibawah ini terdapat dua model desain organisasi:
a.    Model mekanik, merupakan model struktur birokrat dimana kekuasaan tertinggi dipegang penuh oleh pemimpin teratas.
b.    Model organik, dapat dikatakan model struktur yang sifatnya kerja sama.
3.    Menurut Getzels, organisasi selaku sistem sosial memiliki dua dimensi, yaitu dimensi sosiologi dan dimensi psikologis.

DAFTAR PUSTAKA
Nasikin. (2006). Sistem Sosial Indonesia. Jakarta: PT Grafindo Persada.
Sutisna, Oteng. (1985). Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis Untuk Praktek Profesional.     Bandung: Angkasa.
Torang Syamsir. (2014), organisasi dan manajemen (perilaku, struktur, budaya dan perubahan organisasi), Bandung: Alfabeta.
Patria, Daisy. (2010). Sistem Perilaku Organisasi. [Online]. Tersedia: http://eziekim.wordpress.com/2010/01/09/sistem-perilaku-organisasi/ [20 September 2010].
Supri.(2010).Teori Sistem Sosial [online].Tersedia: http://suprieyblog.blogspot.com/2010/07/ teori-sistem-sosial.html (diakses tanggal 22 September 2010)
http: Winamartiana.files.wordpress.com, 2011/9/ model-Getzel.jpg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar