Sabtu, 06 Desember 2014

karakteristik individu

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
 Fase perkembangan individu tidak terlepas dari proses pertumbuhan individu itu sendiri. Perkembangan pribadi individu meliputi beberapa tahap atau periodisasi perkembangan, antara lain perkembangan berdasarkan analisis Biologis, perkembangan berdasarkan Didaktis, perkembangan berdasarkan psikologis.
Fase perkembangan Biologis merupakan perubahan kualitatif terhadap struktur dan fungsi-fungsi fisiologis atau pembabakan berdasarkan keadaan atau proses pertumbuhan tertentu. Fase perkembangan dedaktis dapat dibedakan menurut dua sudut tujuan, yaitu dari sudut tujuan teknis umum penyelenggara pendidikan dan dari sudut tujuan teknis khusus perlakuan pendidikan. Fase perkembangan psikologis merupakan pribadi manusia dimulai sejak masa bayi hingga masa dewasa.
Peserta didik adalah manusia dengan segala fitrahnya. Mereka mempunyai kebutuhan dasar yang perlu dipenuhi, kebutuhan akan rasa aman, mendapatkan pengakuan, dan mengaktualisasi dirinya. Dalam tahap perkembangannya, siswa SMP/SMA berada pada periode perkembangannya yang sangat pesat dari segala aspek. Perkembangan yang sangat erat kaitannya dengan pembelajaran, mengenai
B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian individu?
2.      Apakah karakteristik individu?
3.      Apa sajakah dasar-dasar karakteristik individu?










BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Individu
Manusia adalah mahluk yang dapat dipandang dari berbagai sudut. Sebagaimana diketahui, manusia adalah mahluk yang berfikir atau homo sapiens, mahluk yang berbentuk atau homo faber, mahluk yang dapat dididik atau homo educandum, dan seterusnya merupakan pandangan-pandangan tentang manusia yang dapat digunakan untuk menetapkan cara pendekatan yang akan dilakukan terhadap manusia tersebut.
Uraian tentang manusia dengna kedudukannya sebagai peserta didik haruslah menempatkan manusia sebagai pribadi yang utuh. Dalam kaitannya dengan kepentingan pendidikan, akan lebih ditekankan hakekat manusia sebagai kesatuan sifat mahluk individu dan mahluk sosial. Individu berarti tidak dapat dibagi (undivided) dan tidak dapat dipisahkan. Keberadaannya sebagai mahluk yang pilah, tunggal, dan khas. Seseorang berbeda dengan ornag lain karena ciri-cirinya yang khusus tersebut (Webster’s:743). Menurut Echols & Shadaly, idividu adalah kata benda dari individual yang berarti orang, perseorangan, oknum (Echols,1975:519).[1]
B.     Karakteristik Individu
Setiap individu mempunyai ciri dan sifat atau karakteristik bawaan (heredity) dan karakteristik yang diperoleh dari pengaruh lingkungan; karakteristik bawaan merupakan karakteristik keturunan yang dimiliki sejak lahir, baik yang menyangkut faktor biologis maupun faktor sosial psikologis. Pada masa lalu, terdapat keyakinan serta kepribadian terbawa pembawaan (heredity) dan lingkungan. Hal tersebut merupakan dua faktor yang terbentuk karena faktor yang terpisah, masing-masing mempengaruhi kepribadian dan kemampuan individu bawaan dan lingkungan dengan caranya sendiri-sendiri. Akan tetapi, makin disadari bahwa apa yang dirasakan oleh banyak anak, remaja, atau dewasa merupakan hasil dari perpaduan antara apa yang ada di antara faktor-faktor biologis yang diturunkan dan pengaruh lingkugan.[2]
Natur dan nurture merupakan istilah yang biasa digunakan untuk menjelaskan karakteristik-karakteristik individu dalam hal fisik, mental, dan emosional pada setiap tingkat perkembangan. Sejauh mana seseorang dilahirkan menjadi seorang individu atau sejauh mana seseorang dipengaruhi subjek penelitian dan diskusi. Karakteristik yang berkaitan dengan perkembangan faktor biologis cenderung lebih bersifat tetap, sedangkan karakteristik yang berkaitan dengan sosial psikologis lebih banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Seorang bayi yang baru lahir merupakan hasil dari dua garis keluarga, yaitu garis keluarga ayah dan garis keluarga ibu. Sejak saat terjadinya perubahan atau konsepsi kehidupan yang baru itu secara berkesinambungan dipengaruhi banyak dan bermacam-macam faktor lingkungan yang merangsang. Masing-masing perangsangan tersebut, baik terpisah atau terpadu dengan rangsangan lain, semuanya membantu perkembangan-perkembangan potensi-potensi biologis demi terbentuknya tingkah laku manusia yang dibawa sejak lahir. Hal itu akhirnya membentuk suaotu pola karakteristik yang dapat  mewujudkan seseorang sebagai individu yang berkarakteristik berbeda dengan individu-individu lain.
C.    Dasar-dasar karakteristik Pesertadidik
Setiap peserta didik mempunyai kemampuan dan pembawaan yang berbeda. Peserta didik juga berasal dari lingkungan sosial yang tidak sama. Kemampuan, pembawaan, dan lingkungan sosial peserta didik membentuknya menjadi sebuah karakter tersendiri yang mempunyai pola perilaku tertentu. Pola perilaku yang terbentuk tersebut menentukan aktivitas yang dilakukan peserta didik baik di sekolah maupun di luar sekolah. Aktivitas-aktivitas diarahkan untuk mencapai cita-cita pesertadidik, tentunya dengan bimbingan guru. Diantaranya berikut ini :
1. Aspek Biologis
Aspek biologis yang terkait langsung dengan penerimaan pelajaran di kelas adalah kesehatan mata dan telinga. Anak didik yang memiliki masalah tertentu dalam penglihatan dan pendengarannya akan mengalami masalah tersendiri dalam menerima pelajaran. Dalam hal ini, bila kondisi faktor-faktor lain adalah sama, maka anak yang sehat fisiknya secara menyeluruh akan lebih berpeluang untuk mencapai prestasi yang maksimal. Kesehatan fisik anak didik perlu mendapat perhatian serius dari guru. Tidak semua siswa mengikuti pembelajaran dengan kondisi fisik yang baik. Kondisi fisik kurang sehat akan mengganggu siswa belajar.[3]
Sedangkan perkembangan biologis yaitu perkembangan individu berupa perubahan fisik dalam tubuh individu. Perkembangan biologis merupakan perkembangan pada anak yang erat kaitannya dengan faktor hereditas. Proses biologis atau perkembangan fisik mencangkup perubahan-perubahan dalam tubuh individu seperti pertumbuhan otak, otot, sistem syaraf, struktur tulang, hormon, organ-organ indrawi, dan sejenisnya. Perubahan dalam cara menggunakan tubuh atau keterampila motorik dan perkembangan seksual juga dikelompokkan ke dalam domain ini. Tetapi domain perkembangan ini tidak mencangkup perubahan fisik karena kecelakaan, sakit, atau peristiwa-peristiwa khusus lainnya.
2. Aspek Intelektualis
”Intelegensi adalah kemampuan potensial umum untuk belajar dan bertahan hidup, yang dicirikan dengan kemampuan untuk belajar, kemampuan untuk berpikir abstrak, dan kemampuan memecahkan masalah.” Setiap anak memiliki tingkat intelegensi yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut menambah keunikan dalam suatu kelas pembelajaran. Ada siswa yang dengan cepat mampu menyerap materi pembelajaran dan ada siswa yang lamban menyerapnya. Ada siswa yang mampu dengan cepat menyelesaikan soal ujian atau tugas, dan ada siswa membutuhkan waktu lama untuk menyelesaikan satu tugas saja.[4]
Intelektual siswa ialah kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan hidup dan dirinya sendiri dalam bentuk suatu representasi, khususnya konsep dan berbagai lambang/simbol (huruf, angka, kata, gambar). Intelektualisme bisa diartikan sebagai akal atau pikiran. Pikiran mempunyai kedudukan yang boleh dikata menentukan. Karena itulah kewajiban kita para pendidik, di samping mengembangkan aspek-aspek lain dari anak-anak didik kita untuk memberikan bimbingan sebaik-baiknya bagi perkembangan pikiran itu. Berfikir dan bahasa adalah demikian erat hubungannya, karena itu perkembangan bahasa yang baik adalah syarat yang harus dipenuhi untuk perkembangan pikiran yang baik.
Menurut Hamalik (200: 89) faktor-faktor yang mempengaruhi intelektual yaitu:[5]
a.       Usia
Kemampuan seseorang untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya bertambah sambil ia berkembang menjadi lebih tua. Artinya, bertambah tua usia seseorang, bertambahlah kemampuannya untuk melakukan penyesuaian dirinya dengan lingkungannya.
Secara teoretis pertumbuhan intelektual berhenti pada usia 20 atau 25 tahun. Bagi orang yang lebih inteligen pertumbuhan berlangsung lebih cepat dan terus berlangsung dalam waktu yang lebih lama. Sebaliknya, orang yang kurang inteligen berkembang lebih lambat dan pertumbuhan ini berhenti pada usia yang lebih awal.
 Wechsler dalam Hamalik (2000, 90) merumuskan bahwa kemajuan (penambahan) dalam kemampuan mental berlangsung hingga usia 30 dan ssedikit menurun sampai usia 60 tahun.
b.      Hereditas
Potensi untuk perkembangan inteligensi diwariskan melalui orang tua. Prinsip ini diterima, baik untuk pihak yang menekankan pentingnya lingkungan maupun oleh pihak yang memperingatkan tentang berapa banyaknya IQ dapat ditingkatkan dengan lingkungan yang baik.
Penelitian-penelitian pada tahun 1920-an menunjukkan bahwa meskipun orang tua-orang tua yang berada pada kelas professional hanya merupakan bagian kecil dari penduduk (5-10%), keturunan mereka meliputi sekitar 1/3 dari populasi anak cerdas. Hamper setengah hari mereka yang dewasa ini menjadi orang-orang terkemuka mempunyai ayah yang istimewa. Sebaliknya, orang tua-orang tua anak-anak yang belajarnya lambat mempunyai inteligensi di bawah rata-rata.
 Pertimbangan lain berdasarkan regresi herediter (dari Galton) dalam Hamalik (2000, 90) mengemukakan bahwa anak-anak dari orang tua-orang tua yang inteligen tidak akan sama inteligennya, dan juga anak-anak dari orang tua-orang tua yang bodoh tidak akan sama bodohnya. Anak-anak cenderung menuju ke arah rata-rata. Anak-anak yang orang tua nya memiliki IQ 135 akan cenderung memiliki IQ yang lebih rendah, antara 100 dan 135. Anak yang orang tuanya memiliki IQ 64 cenderung memiliki IQ lebih tinggi, antara 64 dan 100.
Hal lain ditemukan oleh Jensen atas dasar analisis terhadap data mengenai anak kembar identik. Jensen berkesimpulan bahwa 80 % dari variasi dalam skor IQ disebabkan oleh factor-faktor keturunan.
c.       Lingkungan
Penelitian terhadap anak-anak yang dipelihara (dibesarkan) dalam lingkungan kumuh di kota besar rata-rata IQ nya lebih rendah dibandingkan dengan anak-anak seusia mereka dari masyarakat golongan menengah.
Menurut Bernard dalam Hamalik (2000, 90) berdasarkan hasil-hasil penelitian dapat di simpulkan bahwa factor-faktor yang menunjang perkembangan intelektual yang optimal adalah sebagai berikut:
a)      Orang tua yang menaruh minat terhadap anak-anak, menyediakan waktu untuk bercengkerama dengan mereka, menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka, memiliki anak-anak yang mendapat skor tinggi dalam tes dan berprestasi baik di sekolah.
b)      Faktor-faktor seperti cinta dan kasih sayang, penerimaan terhadap anak, perlakuan yang konsisten yang menunjang kesehatan mental menpunyai pengaruh baik terhadap perkembangan intelektual.
c)      Peninjauan ke tempat-tempat seperti museum, kebun binatang, perpustakaan, konser, teater, dan taman adalah hal yang merangsang perkembangan intelektual.
d)     Menurut penelitian Krech, kebebasan yang luas untuk mengadakan penyelidikan dan lingkungan yang mengandung hal-hal yang merangsang penyelidikan sangat menunjang  perkembangan otak.
d.      Kelamin
 Anak laki-laki (sebagai suatu kelompok) memperlihatkan variabilitas yang lebih besar dari pada anak perempuan dalam penyebatan inteligensi. Artinyalebih banyak anak laki-laki yang lemah dalam inteligensi di bandingkan dengan anak perempuan, namun banyak anak laki-laki yang menunjukan superioritas dalam inteligensi di bandingkan anak perempuan.
Tidak berguna untuk berbicara tentang superioritas atau inferioritas mengenai kelamin yang satu atau yang lain. Menurut Bloom dalam Hamalik (2000: 91), sekurang-kurangnya selama antara usia 7-16 tahun tidak ada alasan untuk memisahkan penganalisisan data-data tes inteligensi mengenai anak-anak laki-laki dan anak-anak perempuan.
Rata-rata laki-laki melebihi perempuan dalam hal berfikir  umum, berfikir aritmatik, kemampun dalam meneliti kesamaan-kesamaan, dan aspek tertentu tentang informasi umum. Laki-laki cenderung melebihi perempuan dalam kecepatan da koordinasi gerakan-gerakan badan yang besar, pengaamatan ruang, dan bakat mekanis.
Adapun anak-anak perempuan cenderung lebih unggul dalam ingatan, penguasaan bahasa, manual dexterity, perhitungan angka, dan kecepatan perseptual.
Akhirnya Bernard berkesimpulan bahwa perbedaan-perbedaan diantara jenis kelamin lebih kurang signifikan daripada perbedaan di dalam jenis kelamin.
e.        Ras
Berbagai penelitian sampai pada kesimpulan yang sama seperti halnya tentang jenis kelamin, yaitu bahwa perbedaan-perbedaan diantara ras dalam hal inteligensi kurang signifikan daripada perbedaan-perbedaan di dalam ras. Banyak penelitian di Amerika Serikat yang menunjukan bahwa apabila sekelompok orang negro,  Indian, atau orang mexiko di tes inteligensinya,skor rata-ratanya hanya lebih rendah 5 sampai 10 angka IQ daripada rata-rata kelompok anak kulit putih.
Jadi dari pernyataan diatas dapat disimpulkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi intelegensi yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar. Faktor dari dalam seperti gen, gizi, kematangan, pembentukan, kebebasan psikologi, minat dan pembawaan yang khas stabilitas inteligensi dan IQ. Sedangkan factor dari luar yaitu lingkungan. Jadi  tidak hanya faktor gen (pembaaan), tetapi juga faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi tingkat intelektual seseorang. Dari faktor lingkungan tersebut yang paling banyak berpengaruh yaitu yang mana yang lebih sering berinteraksi atau dengan siapa lebih banyak berinteraksi atau yang paling banyak memberi pengalaman.
3. Aspek Psikologis
 ”Perbedaan psikologis pada siswa mencakup perbedaan dalam bakat, minat, motivasi, dan kepribadian.” Perbedaan siswa dalam hal minat, motivasi, dan kepribadian akan selalu ditemui pada sekelompok siswa. Tidak semua siswa mengikuti pelajaran dengan minat yang tinggi terhadap mata pelajaran. Ada siswa yang dengan setengah hati mengikuti pelajaran. Demikian pula dengan perbedaan motivasi, ada siswa yang memiliki motivasi tinggi sehingga sangat aktif mengikuti pelajaran, sedangkan yang lainnya mungkin setengah termotivasi atau bahkan tidak termotivasi untuk belajar. Kepribadian siswa juga berbeda, ada siswa yang terbuka sehingga mudah bergaul dan mempunyai banyak teman, tetapi adapula siswa yang tertutup sehingga sulit bergaul dan terkesan tidak mempunyai teman karena sering menyendiri.[6]
Beberapa faktor yang antara lain sebagai berikut :[7]
a.       Faktor Minat
Seseorang tidak mempunyai minat untuk mempelajari sesuatu tidak dapat diharapkan bahwa dia akan berhasil dengan baik dalam mempelajari hal tersebut ; sebaliknya, kalau seseorang belajar dengan penuh minat, maka dapat diharapkan hasilnya akan lebih baik.
b.       Faktor Kecerdasan
Kecerdasan sangat besar peranannya dalam mencapai sesuatu keberhasilan, orang yang lebih cerdas pada umumnya akan lebih mampu belajar dari pada orang yang kurang cerdas.
c.       Faktor Bakat
Disamping faktor kecerdasan, faktor bakat juga merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar seseorang. Hampir tidak ada orang membantah bahwa belajar pada bidang yang sesuai dengan bakat memperbesar kemungkinan berhasilnya usaha itu. Akan tetapi banyak sekali hal – hal yang menghalangi untuk terciptanya kondisi yang sangat diinginkan oleh setiap orang itu.
d.       Faktor Motivasi
Motivasi adalah kondisi psikologi yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi motivasi untuk belajar adalah kondisi psikologi yang mendorong seseorang untuk belajar. Hasil belajar pada umumnya meningkat jika motivasi untuk belajar bertambah, maka pada umumnya persoalan mengenai kaitan motivasi itu dengan belajar adalah bagaimana mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan agar belajar dapat optimal.
e.        Faktor Kemampuan – kemampua Kognitif
Walaupun diakui tujuan pendidikan itu meliputi aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor namun pada umumnya aspek kognitif yang selalu diutamakan bahkan kadang – kadang terdapat praktek – praktek yang menunjukan seakan – akan aspek kognitif sajalah yang berlaku sekarang ini. Maka dari itu kemampuan – kemampuan kognitif akan tetap merupakan faktor – faktor yang penting dalam kegiatan belajar mengajar para siswa atau mahasiswa.














BAB III
KESIMPULAN
1.      Individu berarti tidak dapat dibagi (undivided) dan tidak dapat dipisahkan.
Menurut Echols & Shadaly, idividu adalah kata benda dari individual yang berarti orang, perseorangan, oknum (Echols,1975:519).
2.      Setiap individu mempunyai ciri dan sifat atau karakteristik bawaan (heredity) dan karakteristik yang diperoleh dari pengaruh lingkungan, karakteristik bawaan merupakan karakteristik keturunan yang dimiliki sejak lahir, baik yang menyangkut faktor biologis maupun faktor sosial psikologis.
3.      Setiap peserta didik mempunyai kemampuan dan pembawaan yang berbeda. Peserta didik juga berasal dari lingkungan sosial yang tidak sama. Kemampuan, pembawaan, dan lingkungan sosial peserta didik membentuknya menjadi sebuah karakter tersendiri yang mempunyai pola perilaku tertentu. Diantaranya adalah:
a.       Aspek biologis yang terkait langsung dengan penerimaan pelajaran di kelas adalah kesehatan mata dan telinga. Anak didik yang memiliki masalah tertentu dalam penglihatan dan pendengarannya akan mengalami masalah tersendiri dalam menerima pelajaran. Perkembangan biologis merupakan perkembangan pada anak yang erat kaitannya dengan faktor hereditas.
b.      Setiap anak memiliki tingkat intelegensi yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut menambah keunikan dalam suatu kelas pembelajaran. Ada siswa yang dengan cepat mampu menyerap materi pembelajaran dan ada siswa yang lamban menyerapnya. Ada siswa yang mampu dengan cepat menyelesaikan soal ujian atau tugas, dan ada siswa membutuhkan waktu lama untuk menyelesaikan satu tugas saja.
c.       Perbedaan psikologis pada siswa mencakup perbedaan dalam bakat, minat, motivasi, dan kepribadian.





DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad & Ansori, Mohammad, 2000, Psikologi Remaja (Perkembangan Peserta Didik), Bandung: Bumi Aksara.
Budiamin,Amin, dkk., 2006, Perkembangan Peserta Didik. Bandung: UPI Press.
Ngalim,M., 2004, Psikologi Pendidikan. Bandung:PT Remaja Rosdakaya.
Oemar,Hamali, 2004, Psikologi Belajar Dan Mengajar, Bandung: Sinar Baru.
Sunarto & Hartono, 2006, Perkembangan Peserta Didik, Jakarta: PT.Asdi Mahasatya.
AnakCiremai. (2011). Makalah Psikologi Tentang Intelektual Anak . [online] tersedia di :  http://www.anakciremai.com/2008/07/makalah-psikologi-tentang- intelektual.html [18 September 2012]















[1] Budiamin,Amin, dkk., Perkembangan Peserta Didik. (Bandung: UPI Press, 2006), hal. 101
[2] Ibid, hal. 103
[3] Sunarto & Hartono, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: PT.Asdi Mahasatya, 2006), hal. 35


[4] AnakCiremai. (2011). Makalah Psikologi Tentang Intelektual Anak . [online] tersedia di :  http://www.anakciremai.com/2008/07/makalah-psikologi-tentang- intelektual.html [18 September 2012]
[5] Ali, Mohammad & Ansori, Mohammad, Psikologi Remaja (Perkembangan
Peserta Didik), (Bandung: Bumi Aksara, 2000), hal. 161.
[6] Ngalim,M., Psikologi Pendidikan. (Bandung:PT Remaja Rosdakaya, 2004), hal. 54
[7] Oemar,Hamali, Psikologi Belajar Dan Mengajar,(Bandung: Sinar Baru, 2004), hal. 68

Tidak ada komentar:

Posting Komentar