BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fase perkembangan individu tidak terlepas dari
proses pertumbuhan individu itu sendiri. Perkembangan pribadi individu meliputi
beberapa tahap atau periodisasi perkembangan, antara lain perkembangan
berdasarkan analisis Biologis, perkembangan berdasarkan Didaktis, perkembangan
berdasarkan psikologis.
Fase perkembangan Biologis merupakan
perubahan kualitatif terhadap struktur dan fungsi-fungsi fisiologis atau
pembabakan berdasarkan keadaan atau proses pertumbuhan tertentu. Fase
perkembangan dedaktis dapat dibedakan menurut dua sudut tujuan, yaitu dari
sudut tujuan teknis umum penyelenggara pendidikan dan dari sudut tujuan teknis
khusus perlakuan pendidikan. Fase perkembangan psikologis merupakan pribadi
manusia dimulai sejak masa bayi hingga masa dewasa.
Peserta didik adalah manusia dengan
segala fitrahnya. Mereka mempunyai kebutuhan dasar yang perlu dipenuhi,
kebutuhan akan rasa aman, mendapatkan pengakuan, dan mengaktualisasi dirinya.
Dalam tahap perkembangannya, siswa SMP/SMA berada pada periode perkembangannya
yang sangat pesat dari segala aspek. Perkembangan yang sangat erat kaitannya
dengan pembelajaran, mengenai
B.
Rumusan Masalah
1.
Apakah pengertian individu?
2.
Apakah karakteristik individu?
3.
Apa sajakah dasar-dasar karakteristik
individu?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Individu
Manusia adalah mahluk yang dapat
dipandang dari berbagai sudut. Sebagaimana diketahui, manusia adalah mahluk
yang berfikir atau homo sapiens, mahluk yang berbentuk atau homo faber, mahluk
yang dapat dididik atau homo educandum, dan seterusnya merupakan
pandangan-pandangan tentang manusia yang dapat digunakan untuk menetapkan cara
pendekatan yang akan dilakukan terhadap manusia tersebut.
Uraian tentang manusia dengna
kedudukannya sebagai peserta didik haruslah menempatkan manusia sebagai pribadi
yang utuh. Dalam kaitannya dengan kepentingan pendidikan, akan lebih ditekankan
hakekat manusia sebagai kesatuan sifat mahluk individu dan mahluk sosial.
Individu berarti tidak dapat dibagi (undivided) dan tidak dapat dipisahkan.
Keberadaannya sebagai mahluk yang pilah, tunggal, dan khas. Seseorang berbeda
dengan ornag lain karena ciri-cirinya yang khusus tersebut (Webster’s:743).
Menurut Echols & Shadaly, idividu adalah kata benda dari individual yang
berarti orang, perseorangan, oknum (Echols,1975:519).[1]
B. Karakteristik Individu
Setiap individu mempunyai ciri dan
sifat atau karakteristik bawaan (heredity) dan karakteristik yang diperoleh
dari pengaruh lingkungan; karakteristik bawaan merupakan karakteristik
keturunan yang dimiliki sejak lahir, baik yang menyangkut faktor biologis
maupun faktor sosial psikologis. Pada masa lalu, terdapat keyakinan serta
kepribadian terbawa pembawaan (heredity) dan lingkungan. Hal tersebut merupakan
dua faktor yang terbentuk karena faktor yang terpisah, masing-masing
mempengaruhi kepribadian dan kemampuan individu bawaan dan lingkungan dengan
caranya sendiri-sendiri. Akan tetapi, makin disadari bahwa apa yang dirasakan
oleh banyak anak, remaja, atau dewasa merupakan hasil dari perpaduan antara apa
yang ada di antara faktor-faktor biologis yang diturunkan dan pengaruh
lingkugan.[2]
Natur dan nurture merupakan istilah
yang biasa digunakan untuk menjelaskan karakteristik-karakteristik individu
dalam hal fisik, mental, dan emosional pada setiap tingkat perkembangan. Sejauh
mana seseorang dilahirkan menjadi seorang individu atau
sejauh mana seseorang dipengaruhi subjek penelitian dan diskusi. Karakteristik
yang berkaitan dengan perkembangan faktor biologis cenderung lebih bersifat
tetap, sedangkan karakteristik yang berkaitan dengan sosial psikologis lebih
banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Seorang bayi yang baru lahir
merupakan hasil dari dua garis keluarga, yaitu garis keluarga ayah dan garis
keluarga ibu. Sejak saat terjadinya perubahan atau konsepsi kehidupan yang baru
itu secara berkesinambungan dipengaruhi banyak dan bermacam-macam faktor
lingkungan yang merangsang. Masing-masing perangsangan tersebut, baik terpisah
atau terpadu dengan rangsangan lain, semuanya membantu
perkembangan-perkembangan potensi-potensi biologis demi terbentuknya tingkah
laku manusia yang dibawa sejak lahir. Hal itu akhirnya membentuk suaotu pola
karakteristik yang dapat mewujudkan
seseorang sebagai individu yang berkarakteristik berbeda dengan
individu-individu lain.
C. Dasar-dasar karakteristik
Pesertadidik
Setiap peserta didik mempunyai
kemampuan dan pembawaan yang berbeda. Peserta didik juga berasal dari lingkungan
sosial yang tidak sama. Kemampuan, pembawaan, dan lingkungan sosial peserta
didik membentuknya menjadi sebuah karakter
tersendiri yang mempunyai pola perilaku tertentu. Pola
perilaku yang terbentuk tersebut menentukan
aktivitas yang dilakukan peserta didik baik di sekolah
maupun di luar sekolah. Aktivitas-aktivitas diarahkan untuk mencapai cita-cita
pesertadidik, tentunya dengan bimbingan guru. Diantaranya berikut ini :
1. Aspek Biologis
Aspek biologis yang terkait langsung dengan penerimaan
pelajaran di kelas adalah kesehatan mata dan telinga.
Anak didik yang memiliki masalah tertentu dalam
penglihatan dan pendengarannya akan mengalami
masalah tersendiri dalam menerima pelajaran.
Dalam hal ini, bila kondisi faktor-faktor lain adalah sama, maka anak yang
sehat fisiknya secara menyeluruh akan lebih berpeluang untuk mencapai prestasi
yang maksimal. Kesehatan fisik anak didik perlu mendapat perhatian
serius dari guru. Tidak semua siswa mengikuti pembelajaran
dengan kondisi fisik yang baik. Kondisi fisik kurang sehat akan mengganggu
siswa belajar.[3]
Sedangkan perkembangan biologis
yaitu perkembangan individu berupa perubahan fisik dalam tubuh individu.
Perkembangan biologis merupakan perkembangan pada anak yang erat kaitannya
dengan faktor hereditas. Proses
biologis atau perkembangan fisik mencangkup perubahan-perubahan dalam tubuh
individu seperti pertumbuhan otak, otot, sistem syaraf, struktur tulang,
hormon, organ-organ indrawi, dan sejenisnya. Perubahan dalam cara menggunakan
tubuh atau keterampila motorik dan perkembangan seksual juga dikelompokkan ke
dalam domain ini. Tetapi domain perkembangan ini tidak mencangkup perubahan
fisik karena kecelakaan, sakit, atau peristiwa-peristiwa khusus lainnya.
2. Aspek
Intelektualis
”Intelegensi adalah kemampuan potensial umum
untuk belajar dan bertahan hidup, yang dicirikan
dengan kemampuan untuk belajar, kemampuan untuk berpikir abstrak, dan kemampuan memecahkan
masalah.” Setiap anak memiliki tingkat intelegensi yang berbeda-beda. Perbedaan
tersebut menambah keunikan dalam suatu kelas pembelajaran. Ada siswa yang
dengan cepat mampu menyerap materi pembelajaran dan ada siswa yang lamban
menyerapnya. Ada siswa yang mampu dengan cepat menyelesaikan soal
ujian atau tugas, dan ada siswa membutuhkan waktu lama
untuk menyelesaikan satu tugas saja.[4]
Intelektual siswa ialah kemampuan untuk berhubungan dengan
lingkungan hidup dan dirinya sendiri dalam bentuk suatu
representasi, khususnya konsep dan berbagai
lambang/simbol (huruf, angka, kata, gambar). Intelektualisme
bisa diartikan sebagai akal atau pikiran. Pikiran
mempunyai kedudukan yang boleh dikata menentukan.
Karena itulah kewajiban kita para pendidik, di
samping mengembangkan aspek-aspek lain dari anak-anak
didik kita untuk memberikan bimbingan sebaik-baiknya
bagi perkembangan pikiran itu. Berfikir dan bahasa adalah demikian erat
hubungannya, karena itu perkembangan bahasa yang baik adalah syarat yang harus
dipenuhi untuk perkembangan pikiran yang baik.
Menurut Hamalik (200: 89) faktor-faktor yang mempengaruhi
intelektual yaitu:[5]
a. Usia
Kemampuan seseorang untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya
bertambah sambil ia berkembang menjadi lebih tua. Artinya, bertambah tua usia
seseorang, bertambahlah kemampuannya untuk melakukan penyesuaian dirinya dengan
lingkungannya.
Secara teoretis pertumbuhan intelektual berhenti pada usia 20 atau
25 tahun. Bagi orang yang lebih inteligen pertumbuhan berlangsung lebih cepat
dan terus berlangsung dalam waktu yang lebih lama. Sebaliknya, orang yang
kurang inteligen berkembang lebih lambat dan pertumbuhan ini berhenti pada usia
yang lebih awal.
Wechsler dalam Hamalik
(2000, 90) merumuskan bahwa kemajuan (penambahan) dalam kemampuan mental
berlangsung hingga usia 30 dan ssedikit menurun sampai usia 60 tahun.
b. Hereditas
Potensi untuk perkembangan inteligensi diwariskan melalui orang
tua. Prinsip ini diterima, baik untuk pihak yang menekankan pentingnya
lingkungan maupun oleh pihak yang memperingatkan tentang berapa banyaknya IQ
dapat ditingkatkan dengan lingkungan yang baik.
Penelitian-penelitian pada tahun 1920-an menunjukkan bahwa meskipun
orang tua-orang tua yang berada pada kelas professional hanya merupakan bagian
kecil dari penduduk (5-10%), keturunan mereka meliputi sekitar 1/3 dari
populasi anak cerdas. Hamper setengah hari mereka yang dewasa ini menjadi
orang-orang terkemuka mempunyai ayah yang istimewa. Sebaliknya, orang tua-orang
tua anak-anak yang belajarnya lambat mempunyai inteligensi di bawah rata-rata.
Pertimbangan lain
berdasarkan regresi herediter (dari Galton) dalam Hamalik (2000, 90)
mengemukakan bahwa anak-anak dari orang tua-orang tua yang inteligen tidak akan
sama inteligennya, dan juga anak-anak dari orang tua-orang tua yang bodoh tidak
akan sama bodohnya. Anak-anak cenderung menuju ke arah rata-rata. Anak-anak
yang orang tua nya memiliki IQ 135 akan cenderung memiliki IQ yang lebih
rendah, antara 100 dan 135. Anak yang orang tuanya memiliki IQ 64 cenderung
memiliki IQ lebih tinggi, antara 64 dan 100.
Hal lain ditemukan oleh Jensen atas dasar analisis terhadap data
mengenai anak kembar identik. Jensen berkesimpulan bahwa 80 % dari variasi
dalam skor IQ disebabkan oleh factor-faktor keturunan.
c. Lingkungan
Penelitian terhadap anak-anak yang dipelihara (dibesarkan) dalam
lingkungan kumuh di kota besar rata-rata IQ nya lebih rendah dibandingkan
dengan anak-anak seusia mereka dari masyarakat golongan menengah.
Menurut Bernard dalam Hamalik (2000, 90) berdasarkan hasil-hasil
penelitian dapat di simpulkan bahwa factor-faktor yang menunjang perkembangan
intelektual yang optimal adalah sebagai berikut:
a) Orang tua yang menaruh minat terhadap anak-anak, menyediakan waktu
untuk bercengkerama dengan mereka, menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka,
memiliki anak-anak yang mendapat skor tinggi dalam tes dan berprestasi baik di
sekolah.
b) Faktor-faktor seperti cinta dan kasih sayang, penerimaan terhadap
anak, perlakuan yang konsisten yang menunjang kesehatan mental menpunyai
pengaruh baik terhadap perkembangan intelektual.
c) Peninjauan ke tempat-tempat seperti museum, kebun binatang,
perpustakaan, konser, teater, dan taman adalah hal yang merangsang perkembangan
intelektual.
d) Menurut penelitian Krech, kebebasan yang luas untuk mengadakan
penyelidikan dan lingkungan yang mengandung hal-hal yang merangsang
penyelidikan sangat menunjang
perkembangan otak.
d. Kelamin
Anak laki-laki (sebagai
suatu kelompok) memperlihatkan variabilitas yang lebih besar dari pada anak perempuan
dalam penyebatan inteligensi. Artinyalebih banyak anak laki-laki yang lemah
dalam inteligensi di bandingkan dengan anak perempuan, namun banyak anak
laki-laki yang menunjukan superioritas dalam inteligensi di bandingkan anak
perempuan.
Tidak berguna untuk berbicara tentang superioritas atau
inferioritas mengenai kelamin yang satu atau yang lain. Menurut Bloom dalam
Hamalik (2000: 91), sekurang-kurangnya selama antara usia 7-16 tahun tidak ada
alasan untuk memisahkan penganalisisan data-data tes inteligensi mengenai
anak-anak laki-laki dan anak-anak perempuan.
Rata-rata laki-laki melebihi perempuan dalam hal berfikir umum, berfikir aritmatik, kemampun dalam
meneliti kesamaan-kesamaan, dan aspek tertentu tentang informasi umum.
Laki-laki cenderung melebihi perempuan dalam kecepatan da koordinasi
gerakan-gerakan badan yang besar, pengaamatan ruang, dan bakat mekanis.
Adapun anak-anak perempuan cenderung lebih unggul dalam ingatan,
penguasaan bahasa, manual dexterity, perhitungan angka, dan kecepatan perseptual.
Akhirnya Bernard berkesimpulan bahwa perbedaan-perbedaan diantara
jenis kelamin lebih kurang signifikan daripada perbedaan di dalam jenis
kelamin.
e. Ras
Berbagai penelitian sampai pada kesimpulan yang sama seperti halnya
tentang jenis kelamin, yaitu bahwa perbedaan-perbedaan diantara ras dalam hal
inteligensi kurang signifikan daripada perbedaan-perbedaan di dalam ras. Banyak
penelitian di Amerika Serikat yang menunjukan bahwa apabila sekelompok orang
negro, Indian, atau orang mexiko di tes
inteligensinya,skor rata-ratanya hanya lebih rendah 5 sampai 10 angka IQ
daripada rata-rata kelompok anak kulit putih.
Jadi dari pernyataan diatas dapat disimpulkan faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi intelegensi yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar. Faktor
dari dalam seperti gen, gizi, kematangan, pembentukan, kebebasan psikologi,
minat dan pembawaan yang khas stabilitas inteligensi dan IQ. Sedangkan factor
dari luar yaitu lingkungan. Jadi tidak
hanya faktor gen (pembaaan), tetapi juga faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi tingkat intelektual seseorang. Dari faktor lingkungan tersebut
yang paling banyak berpengaruh yaitu yang mana yang lebih sering berinteraksi
atau dengan siapa lebih banyak berinteraksi atau yang paling banyak memberi
pengalaman.
3. Aspek
Psikologis
”Perbedaan psikologis pada
siswa mencakup
perbedaan dalam bakat, minat, motivasi, dan kepribadian.”
Perbedaan siswa dalam hal minat, motivasi, dan kepribadian akan selalu ditemui pada sekelompok
siswa. Tidak semua siswa mengikuti pelajaran dengan minat
yang tinggi terhadap mata pelajaran. Ada siswa yang dengan setengah hati
mengikuti pelajaran. Demikian pula dengan perbedaan motivasi, ada siswa yang
memiliki motivasi tinggi sehingga sangat aktif mengikuti pelajaran, sedangkan
yang lainnya mungkin setengah termotivasi atau bahkan tidak termotivasi untuk
belajar. Kepribadian siswa juga berbeda, ada siswa yang terbuka sehingga mudah
bergaul dan mempunyai banyak teman, tetapi adapula siswa yang tertutup sehingga
sulit bergaul dan terkesan tidak mempunyai teman karena sering menyendiri.[6]
Beberapa faktor yang antara lain sebagai berikut :[7]
a. Faktor Minat
Seseorang tidak mempunyai minat untuk mempelajari sesuatu tidak
dapat diharapkan bahwa dia akan berhasil dengan baik dalam mempelajari hal tersebut
; sebaliknya, kalau seseorang belajar dengan penuh minat, maka dapat diharapkan
hasilnya akan lebih baik.
b. Faktor Kecerdasan
Kecerdasan sangat besar peranannya dalam mencapai sesuatu
keberhasilan, orang yang lebih cerdas pada umumnya akan lebih mampu belajar
dari pada orang yang kurang cerdas.
c. Faktor Bakat
Disamping faktor kecerdasan, faktor bakat juga merupakan faktor
yang besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar seseorang. Hampir
tidak ada orang membantah bahwa belajar pada bidang yang sesuai dengan bakat
memperbesar kemungkinan berhasilnya usaha itu. Akan tetapi banyak sekali hal –
hal yang menghalangi untuk terciptanya kondisi yang sangat diinginkan oleh
setiap orang itu.
d. Faktor Motivasi
Motivasi adalah kondisi psikologi yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu. Jadi motivasi untuk belajar adalah kondisi psikologi yang
mendorong seseorang untuk belajar. Hasil belajar pada umumnya meningkat jika
motivasi untuk belajar bertambah, maka pada umumnya persoalan mengenai kaitan
motivasi itu dengan belajar adalah bagaimana mengatur agar motivasi dapat
ditingkatkan agar belajar dapat optimal.
e. Faktor Kemampuan – kemampua
Kognitif
Walaupun diakui tujuan pendidikan itu meliputi aspek kognitif,
aspek afektif, dan aspek psikomotor namun pada umumnya aspek kognitif yang
selalu diutamakan bahkan kadang – kadang terdapat praktek – praktek yang
menunjukan seakan – akan aspek kognitif sajalah yang berlaku sekarang ini. Maka
dari itu kemampuan – kemampuan kognitif akan tetap merupakan faktor – faktor
yang penting dalam kegiatan belajar mengajar para siswa atau mahasiswa.
BAB III
KESIMPULAN
1. Individu berarti tidak dapat dibagi (undivided) dan tidak dapat
dipisahkan.
Menurut Echols & Shadaly, idividu adalah kata benda dari
individual yang berarti orang, perseorangan, oknum (Echols,1975:519).
2. Setiap individu mempunyai ciri dan sifat atau karakteristik bawaan
(heredity) dan karakteristik yang diperoleh dari pengaruh lingkungan, karakteristik
bawaan merupakan karakteristik keturunan yang dimiliki sejak lahir, baik yang
menyangkut faktor biologis maupun faktor sosial psikologis.
3. Setiap peserta didik mempunyai kemampuan dan pembawaan
yang berbeda. Peserta didik juga berasal dari lingkungan sosial yang tidak
sama. Kemampuan,
pembawaan, dan lingkungan sosial peserta didik
membentuknya menjadi sebuah karakter tersendiri yang mempunyai pola perilaku tertentu. Diantaranya adalah:
a. Aspek biologis yang terkait langsung dengan penerimaan
pelajaran di kelas adalah kesehatan mata dan telinga.
Anak didik yang memiliki masalah tertentu dalam
penglihatan dan pendengarannya akan mengalami
masalah tersendiri dalam menerima pelajaran. Perkembangan biologis
merupakan perkembangan pada anak yang erat kaitannya dengan faktor hereditas.
b. Setiap anak memiliki tingkat intelegensi yang berbeda-beda.
Perbedaan tersebut menambah keunikan dalam suatu kelas pembelajaran. Ada siswa
yang dengan cepat mampu menyerap materi pembelajaran dan ada siswa yang lamban
menyerapnya. Ada siswa yang mampu dengan cepat menyelesaikan soal
ujian atau tugas, dan ada siswa membutuhkan waktu lama
untuk menyelesaikan satu tugas saja.
c. Perbedaan psikologis pada siswa mencakup
perbedaan dalam bakat, minat, motivasi, dan kepribadian.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad & Ansori, Mohammad,
2000, Psikologi Remaja (Perkembangan Peserta
Didik), Bandung: Bumi Aksara.
Budiamin,Amin, dkk., 2006, Perkembangan
Peserta Didik. Bandung: UPI Press.
Ngalim,M., 2004, Psikologi
Pendidikan. Bandung:PT Remaja Rosdakaya.
Oemar,Hamali, 2004, Psikologi
Belajar Dan Mengajar, Bandung: Sinar
Baru.
Sunarto & Hartono, 2006, Perkembangan
Peserta Didik, Jakarta: PT.Asdi Mahasatya.
AnakCiremai. (2011). Makalah Psikologi Tentang Intelektual Anak .
[online] tersedia di : http://www.anakciremai.com/2008/07/makalah-psikologi-tentang-
intelektual.html [18 September 2012]
[4]
AnakCiremai.
(2011). Makalah Psikologi Tentang Intelektual Anak . [online] tersedia di
: http://www.anakciremai.com/2008/07/makalah-psikologi-tentang-
intelektual.html [18 September 2012]
Peserta Didik), (Bandung:
Bumi Aksara, 2000), hal. 161.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar