Sabtu, 06 Desember 2014

makalah kepemimpinan pendidikan

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam sepanjang hidupnya manusia selalu dihadapkan   pada   pilihan-pilihan   atau   alternatif   dan   pengambilan keputusan. Hal ini sejalan dengan teori real life choice, yang menyatakan  dalam  kehidupan  sehari-hari  manusia  melakukan  atau  membuat pilihan-pilihan  di  antara  sejumlah  alternatif.  Pilihan-pilihan  tersebut  biasanya berkaitan dengan alternatif dalam penyelesaian masalah  yakni upaya untuk menutup  terjadinya kesenjangan  antara  keadaan  saat  ini  dan  keadaan  yang diinginkan.
Yang jadi pertanyaan Kenapa manusia itu sering kali dihadapkan pada suatu masalah dan kerap kali dihadapkan pada suatu pilihan untuk mengambil keputusan?
Oleh karena itulah dalam makalah ini kami akan menjelaskan tentang pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian pemecahan masalah dan pengambilan keputusan?
2.      Bagaimana memahami peranan kepemimpinan dalam pengambilan keputusan?
3.      Tehnik apa sajakah yang digunakan dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah?
4.      Bagaimanakah pengambilan keputusan dan pemecahan masalah dalam pendidikan?









BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan
Pemecahan Masalah adalah sesuatu yang harus diselesaikan atau dipecahkan (KBBI), suatu situasi menghambat organisasi untuk mencapai satu atau lebih tujuan (James Stoner), sesuatu yang menyimpang dari apa yang diharapkan atau direncanakan atau ditentukan untuk dicapai sehingga merupakan rintangan menuju tercapainya tujuan (Prajudi Atmosudirjo), suatu kesenjangan yang perlu ditutup antara hasil yang dicapai pada saat ini dan hasil yang diharapkan (Roger Kaufman), situasi atau kondisi yang akan datang dan tidak diinginkan (Dorothy Craig), atau sesuatu yang memerlukan jawaban, apabila tidak segera dijawab akan menimbulkan risiko. Pemecahan masalah adalah sebuah proses dimana suatu situasi diamati kemudian bila ditemukan ada masalah, mengurangi atau menghilangkan masalah atau mencegah masalah tersebut terjadi.[1]
Pengambilan keputusan (desicion making) adalah melakukan penilaian dan menjatuhkan pilihan. Keputusan ini diambil setelah melalui beberapa perhitungan dan pertimbangan alternatif. Sebelum pilihan dijatuhkan, ada beberapa tahap yang mungkin akan dilalui oleh pembuat keputusan. Tahapan tersebut bisa saja meliputi identifikasi masalah utama, menyusn alternatif yang akan dipilih dan sampai pada pengambilan keputusan yang terbaik.
Secara umum, pengertian pengambilan keputusan telah dikemukakan oleh banyak ahli, diantaranya adalah :
1.      G. R. Terry : Mengemukakan bahwa pengambilan keputusan adalah sebagai pemilihan yang didasarkan kriteria tertentu atas dua atau lebih alternatif yang mungkin.
2.      Claude S. Goerge, Jr : Mengatakan proses pengambilan keputusan itu dikerjakan oleh kebanyakan manajer berupa suatu kesadaran, kegiatan pemikiran yang termasuk pertimbangan, penilaian dan pemilihan diantara sejumlah alternatif.
3.      Horold dan Cyril O’Donnell : Mereka mengatakan bahwa pengambilan keputusan adalah pemilihan diantara alternatif mengenai suatu cara bertindak yaitu inti dari perencanaan, suatu rencana tidak dapat dikatakan tidak ada jika tidak ada keputusan, suatu sumber yang dapat dipercaya, petunjuk atau reputasi yang telah dibuat.
4.       P. Siagian : Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan sistematis terhadap suatu masalah, pengumpulan fakta dan data, penelitian yang matang atas alternatif dan tindakan.

B.     Memahami Peranan Kepemimpinan dalam Pengambilan Keputusan
Sebelum membahas tentang peran kepemimpinan terlebih dahulu kita akan memaparkan tentang pengertian peran kepemimpinan itu sendiri. Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas-aktivitas sebuah kelompok yang diorganisasi ke arah pencapaian tujuan.[2]
Dalam pengertian lain kepemimpinan adalah kemampuan dan keterampilan seseorang yang menduduki jabatan sebagai pimpinan satuan kerja untuk mempengaruhi orang lain, terutama bawahannya, untuk berfikir dan bertindak sedemikian rupa sehingga melalui perilaku yang positif ia memberikan sumbangan nyata dalam pencapaian tujuan organisasi.[3]
Sedangkan pengertian peran adalah perilaku yang diatur dan diharapkan dari seseorang dalam posisi tertentu.[4] Jadi dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa peranan kepemimpinan adalah seperangkat perilaku yang diharapkan dilakukan oleh seseorang sesuai kedudukannya sebagai seorang pemimpin.

Kepemimpinan seseorang dalam sebuah organisasi sangat besar perannya dalam setiap pengambilan keputusan, sehingga membuat keputusan dan mengambil tanggung jawab terhadap hasilnya adalah salah satu tugas pemimpin. Sehingga jika seorang pemimpin tidak mampu membuat keputusan, seharusnya dia tidak dapat menjadi pemimpin.
Dilain hal, pengambilan keputusan dalam tinjauan perilaku mencerminkan karakter bagi seorang pemimpin. Oleh sebab itu, untuk mengetahui baik tidaknya keputusan yang diambil bukan hanya dinilai dari konsekwensi yang ditimbulkannya. Melainkan melalui berbagai pertimbangan dalam prosesnya.
Menurut Robbins seorang pemimpin dituntut untuk memiliki keterampilan,yaitu keterampilan teknis meliputi keterampilan dalam menerapkan pengetahuan dan keahlian yang dimiliki, keterampilan manusiawi meliputi kemampuan kerjasama,memahami dan memotivasi orang lain dan kerampilan konseptual berkaitan dengan kemampuan dalam pengambilan keputusan.[5]
Menurut  Timpe menjelaskan bahwa terdapat tiga gaya kepemimpinan. Pertama, gaya otoritas yaitu kepemimpinan yang membuat keputusan sendiri karena kekuasaan terpusatkan dalam diri satu orang. Ia memilkul tanggungjawab dan wewenang penuh, pengawasan bersifat ketat, keputusan dipaksakan. Kedua, gaya demokratis yaitu kepemimpinan yang berkonsultasi dengan kelompok mengenai masalah yang menarik perhatian, komunikasi berjalan dengan lancar, saran dibuat dua arah dan memperkenakan bawahan untuk menetapkan sasaran yang menantang. Ketiga ,gaya kendali bebas yaitu kepemimpinan yang memberi kekuasaan kepada bawahan, kelompok dapat mengembangkan sasarannya sendiri dan memecahkan masalahnya sendiri.[6]
Menurut Henry Mintzberg, ada tiga peran utama seorang pemimpin,yaitu: Peran yang bersifat interpersonal, Peran yang  yang bersifat informasional, dan Peran yang bersifat pengambil keputusan.
Peran yang bersifat interpersonal artinya seorang pemimpin harus tampil dalam berbagai upacara resmi,harus mampu memberi bimbingan dan harus mengembangkan hubungan kerjasama dengan bawahan.
 Peran yang bersifat informasional, serorang pemimpin harus mengikuti dan memperoleh informasi seluruh kegiatan, harus selalu memberi informasi kepada bawahan dan menjadi juru bicara organisasi.
Peran yang bersifat pengambil keputusan, artinya seorang pemimpin harus berusaha memperbaiki dan mengembangkan satuan kerja yang dipimpinnya, harus mampu mengatasi segala hambatan yang dihadapi, mengatur segala sumber daya (manusia, sarana, biaya dan lain-lain) dan berperan mewakili setiap hubungan kerja dengan satuan kerja lainnya (juru bicara).
Peran pimpinan  dalam pengambilan keputusan biasanya secara bersama-sama dengan bawahan melakukan pemilihan dari beberapa alternatif yang ada untuk menentukan tujuan yang ingin dicapai. Dalam proses pengambilan keputusan harus mempertimbangkan segala aspek dan mampu mencari alternatif pemecahan masalah, menganalisis setiap alternatif yang rasional dan sesuai kebutuhan. Informasi yang cukup dan baik, maka keputusan yang dibuat terjamin tingkat keakuratannya.         
C.    Tehnik Pengambilan Keputusan dan Pemecahan Masalah
Ada beberapa tehnik pengambilan keputusan yang bisa digunakan dalam sebuah organisasi yaitu:
a.      Kewenangan tanpa diskusi, metode ini sering digunakan kalangan militer dan cepat dalam memutuskan dan cocok kalau pengambilan keputusan yang dilaksanakan berkaitan dengan persoalan rutin yang tidak perlu didiskusikan.
b.      Pendapat ahli, metode ini akan bekerja dengan baik, apabila seorang anggota kelompok yang dianggap ahli tidak diragukan kemampuannya dalan hal tertentu oleh anggotanya.
c.       Kesepakatan, metode ini melibatkan berbagai unsur dalam mengambil sebuah keputusan, seluruh anggota berpartisipasi penuh . Metode ini sangat penting khusus yang berhubungan dengan persoalan yang kritis dan kompleks
Beberapa tehnik yang sering digunakan dalam pemecahan masalah adalah :
a.       Metode diskusi
Merupakan teknik pemecahan masalah yang terjadi dalam kelompok dan harus diambil keputusan atau alternative pemecahan masalahnya. Permasalahan tersebut dipecahkan dengan musyawarah atau jika tidak terjadi kesepakatan dapat ditempuh dengan jalan voting.
b.      Brain storming ( curah pendapat) 
Merupakan teknik pemecahan masalah secara kelompok dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada anggota kelompok untuk menyampaikan pendapat secara bebas dalam membahas suatu masalah, yang perlu diperhatikan dalam teknik ini, yaitu jangan ada usaha mengevaluasi gagasan selama proses curah ide berlangsung.
c.       Brain writing
Brain writing merupakan teknik pemecahan masalah dengan menyampaikan ide atau pendapat melalui tulisan di atas potongan kertas/ metaplan. Keuntungan metode ini adalah setiap orang dapat menyampaikan pendapatnya.
d.      Synectic
Synetic merupakan teknik pemecahan masalah dengan menekankan aktivitas spontan dari otak dan sistem saraf dalam mengadakan eksplorasi dan transformasi permasalahan.
D.    Pengambilan Keputusan dan Pemecahan Masalah dalam Pendidikan
Menurut Siagian (1991) bahwa terdapat  aspek-aspek tertentu bersifat internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi proses pengambilan keputusan dalam pendidikan.
Adapun aspek internal tersebut antara lain :
a.      Pengetahuan. Pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang secara langsung maupun tidak langsung  akan  berpengaruh  terhadap  pengambilan  keputusan.  Biasanya semakin luas pengetahuan seseorang semakin mempermudah pengambilan keputusan.
b.      Aspek kepribadian. Aspek kepribadian ini tidak nampak oleh mata tetapi besar peranannya bagi pengambilan keputusan.
Sementara aspek eksternal dalam pengambilan keputusan, antara lain :
a)      Kultur. Kultur yang dianut oleh individu bagaikan kerangka bagi perbuatan individu. Hal ini berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan.
b)      Orang lain. Orang lain dalam hal ini menunjuk pada bagaimana individu melihat contoh  atau cara orang lain (terutama orang dekat)  dalam melakukan pengambilan  keputusan. Sedikit banyak perilaku orang lain dalam mengambil keputusan  pada gilirannya juga berpengaruh pada perilaku individu dalam mengambil  keputusan.[7]
Seorang pemimpin pendidikan harus mampu  menjadi  pemecah  masalah  bagi  dirinya  dan  orang  lain.  Ini  merupakan konsekuensi logis sebagai seorang pemimpin, karena mau tidak mau, suka tidak suka, ia harus berani mengambil keputusan. Karena posisinya sebagai problem solver, ia harus benar-benar memiliki daya analisis yang tinggi, sehingga keputusan yang diambilnya sudah dipertimbangkan secara matang, yang dapat  dilakukan  melalui  studi  kasus,  pengamatan,  maupun wawancara terfokus.
Pemimpin pendidikan sebagai problem  solver dituntut untuk memiliki kreativitas   dalam   memecahkan   masalah   dan   mengembangkan   alternatif penyelesaiannya. Berpikir kreatif  untuk memecahkan masalah dapat dilakukan  melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
a)      Tahap  orientasi  masalah,  yaitu  merumuskan  masalah  dan mengindentifikasi  aspek -aspek  masalah  tersebut.  dalam  prospeknya, si pemikir mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan masalah yang dipikirkan.
b)      Tahap preparasi. Pikiran  harus  mendapat  sebanyak  mungkin informasi yang  relevan  dengan  masalah tersebut. Kemudian informasi  itu diproses untuk menjawab pertanyaan yang diajukan pada tahap orientasi.
c)      Tahap inkubasi.  Ketika  pemecahan  masalah  mengalami kebuntuan maka biarkan pikiran beristirahat sebentar. Sementara itu pikiran bawah sadar kita akan bekerja secara otomatis untuk mencari pemecahan masalah.
d)     Tahap iluminasi. Proses inkubasi berakhir, karena si pemikir  mulai  mendapatkan  ilham  serta  serangkaian  pengertian (insight)  yang  dianggap dapat memecahkan masalah.
e)      Tahap verifikasi, yaitu melakukan pengujian atas pemecahan  masalah tersebut, apabila gagal maka tahapan sebelummnya harus di ulangi lagi.[8]
                                                                                                                   











BAB III
KESIMPULAN
1.      Pemecahan Masalah adalah sesuatu yang harus diselesaikan atau dipecahkan (KBBI), suatu situasi menghambat organisasi untuk mencapai satu atau lebih tujuan (James Stoner), sesuatu yang menyimpang dari apa yang diharapkan atau direncanakan atau ditentukan untuk dicapai sehingga merupakan rintangan menuju tercapainya tujuan (Prajudi Atmosudirjo), suatu kesenjangan yang perlu ditutup antara hasil yang dicapai pada saat ini dan hasil yang diharapkan (Roger Kaufman), situasi atau kondisi yang akan datang dan tdk diinginkan (Dorothy Craig), atau suatu yang memerlukan jawaban, apabila tidak segera dijawab akan menimbulkan risiko.  Pemecahan masalah adalah sebuah proses dimana suatu situasi diamati kemudian bila ditemukan ada masalah, mengurangi atau menghilangkan masalah atau mencegah masalah tersebut terjadi.
Pengambilan keputusan (desicion making) adalah melakukan penilaian dan menjatuhkan pilihan. Keputusan ini diambil setelah melalui beberapa perhitungan dan pertimbangan alternatif. Sebelum pilihan dijatuhkan, ada beberapa tahap yang mungkin akan dilalui oleh pembuat keputusan. Tahapan tersebut bisa saja meliputi identifikasi masalah utama, menyusn alternatif yang akan dipilih dan sampai pada pengambilan keputusan yang terbaik.
2.      Menurut  Timpe menjelaskan bahwa terdapat tiga gaya kepemimpinan. Pertama, gaya otokratis
 Kedua, gaya demokratis  
Ketiga ,gaya kendali bebas
Menurut Henry Mintzberg, ada tiga peran utama seorang pemimpin,yaitu: Peran yang bersifat interpersonal, Peran yang  yang bersifat informasional, dan Peran yang bersifat pengambil keputusan.
Peran yang bersifat pengambil keputusan, artinya seorang pemimpin harus berusaha memperbaiki dan mengembangkan satuan kerja yang dipimpinnya, harus mampu mengatasi segala hambatan yang dihadapi, mengatur segala sumber daya (manusia, sarana, biaya dan lain-lain) dan berperan mewakili setiap hubungan kerja dengan satuan kerja lainnya (juru bicara).
Peran pimpinan  dalam pengambilan keputusan biasanya secara bersama-sama dengan bawahan melakukan pemilihan dari beberapa alternatif yang ada untuk menentukan tujuan yang ingin dicapai. Dalam proses pengambilan keputusan harus mempertimbangkan segala aspek dan mampu mencari alternatif pemecahan masalah, menganalisis setiap alternatif yang rasional dan sesuai kebutuhan. Informasi yang cukup dan baik, maka keputusan yang dibuat terjamin tingkat keakuratannya.
3.      Ada beberapa tehnik pengambilan keputusan yang bisa digunakan dalam sebuah organisasi yaitu:
a)      Kewenangan tanpa diskusi
b)      Pendapat ahli
c)      Kesepakatan
Beberapa tehnik yang sering digunakan dalam pemecahan masalah adalah :
a.       Metode diskusi
b.      Brain storming ( curah pendapat) 
c.       Brain writing
d.      Synectic
4.      Menurut Siagian (1991) bahwa terdapat  aspek-aspek tertentu bersifat internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi proses pengambilan keputusan dalam pendidikan.
Adapun aspek internal tersebut antara lain :
c.       Pengetahuan
d.      Aspek kepribadian
Sementara aspek eksternal dalam pengambilan keputusan, antara lain :
c)      Kultur
d)     Orang lain


Pemimpin pendidikan sebagai problem  solver dituntut untuk memiliki kreativitas   dalam   memecahkan   masalah   dan   mengembangkan   alternatif penyelesaiannya. Berpikir kreatif  untiuk memecahkan masalah dapat dilakukan  melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
a)      Tahap  orientasi  masalah
b)      Tahap preparasi
c)      Tahap inkubasi
d)     Tahap iluminasi
e)      Tahap verifikasi






















DAFTAR PUSTAKA
Aunur R. Mulyanto, REKAYASA PERANGKAT LUNAK JILID 1, (Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, 2009)
Kamal, “Kepemimpinan dalam Organisasi,” dalam http://nda-kamal.blogspot.com/html. (21Nopember 2009)
Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007)
Robbins, Stephen P. Organizational Behavior, New Jersey: Pearson Education,Inc,2003
Timpe, A.Dale, Seri Manajemen Sumberdaya Manusia: Kepemimpinan. PT. Gramedia,2002
Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Departemen Pendidikan Nasional. 2007)

















[1] Aunur R. Mulyanto, REKAYASA PERANGKAT LUNAK JILID 1, (Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, 2009), hal 12.

[2] Kamal, “Kepemimpinan dalam Organisasi,” dalam http://nda-kamal.blogspot.com/html. (21Nopember 2009),29
[3] Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), 149

[4] Ibid, hal 150.
[5] Robbins, Stephen P. Organizational Behavior, New Jersey: Pearson Education,Inc,2003

[6] Timpe, A.Dale, Seri Manajemen Sumberdaya Manusia: Kepemimpinan. PT. Gramedia,2002
[7] Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Departemen Pendidikan Nasional. 2007)
[8] Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Departemen Pendidikan Nasional. 2007)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar